Dilansir melalui laman resmi Magister Hubungan Internasional, Magister Ilmu Hubungan Internasional (MIHI) bekerja sama dengan Program Pascasarjana mengadakan “Seminar Bedah Buku†pada hari Jumat, 18 Oktober 2019. Seminar ini diselenggarakan di ruang amphitheater gedung pascasarjana UMY yang terletak di lantai empat.
Ada dua buku yang diseminarkan sekaligus dalam kegiatan ini, yaitu buku dengan judul “Ambruknya Kredibilitas Demokrasi†yang ditulis oleh Prof.Dr.Bambang Cipto, M.A dengan menghadirkan pembanding Dr. Zaenal Arifim Mochtar, pakar hukum tata negara dan pegiat anti-korupsi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Buku kedua yang didiskusikan berjudul “The Arab Spring:Tantangan dan Harapan Demokratisasi†karya Dr.Ahmad Sahide, M.A. yang diterbitkan oleh penerbit Kompas grup. Adapun yang diundang sebagai pembedah untuk karya Dr. Ahmad Sahide adalah Dr. Siti Muti’ah Setiawati, M.A., pakar Timur Tengah dari UGM.
Pada kesempatan pertama diberikan kepada Bambang Cipto. Beliau secara singkat menjelaskan sebab-sebab mengapa demokrasi yang muncul di Amerika Serikat dan di Eropa mulai kehilangan kredibilitasnya. Demokrasi dianggap bukan menjadi jalan utama lagi dalam bentuk sistem pemerintahan. Adapun muncul sinyal-sinyal yang mengarah pada ambruknya sistem demokrasi. Seperti munculnya: kebangkitan partai populis di Eropa, tsunami otoritarianisme, dan krisis demokrasi di Amerika Serikat dengan terpilihnya Donald Trump sebagai orang nomor satu di negeri Paman Sam tersebut.
Sedangkan pada pembahasan kedua, Ahmad Sahide mengungkapkan sejarah terjadinya Arab Spring. Arab spring atau Musim Semi di Arab secara harfiah diterjemahkan sebagai gelombang revolusi yang terjadi di dunia Arab. Revolusi ini  bermula dari insiden di Tunisia pada penghujung tahun 2010 ketika Mohamed Bouazizi melakukan protes terhadap sistem politik otoritarian. Bouazizi melakukan protes dengan cara membakar diri. Insiden ini mengakibatkan tergeraknya gelombang besar people power dalam penumbangan otoritarianisme di wilayah Arab. Beberapa negara yang terkena dampak dari gejolak politik ini seperti halnya Tunisia, Mesir, Suriah, dan beberapa negara Arab lainnya. Namun demikian, karya Ahmad Sahide lebih fokus melihat perbandingan proses demokratisasi di tiga Negara tersebut, yaitu Tunisia yang berhasil, Mesir yang gagal di tengah jalan, dan Suriah yang masih terus bergejolak hingga hari ini.
Dalam kesempatan ini, Siti Mutiah selaku pembedah buku karya Ahmad Sahide secara antusias mendukung peluncuran buku yang mengkaji pembahasan demokrasi di Timur Tengah. Buku tersebut sedikit banyak akan memberikan kontribusi tersendiri. Karya Ahmad Sahide ini merupakan bentuk lanjut dari disertasi beliau.
Zainal Arifin Mochtar sedikit menambahkan tentang demokrasi yang terjadi di Indonesia. Perkawinan antara sistem Presidensial dengan multi party akan menghasilkan anak haram yang disebut ketidakstabilan dalam politik. Di sinilah demokrasi di Indonesia menghadapi tantangan besar, faktanya telah terjadi ketidakstabilan politik. Dimulai pada pemilu 2019 hingga masa munculnya pengesahan UU KPK. Pakar hukum tata negara dari UGM ini juga menyoroti rendahnya kualitas demokrasi di Indonesia, termasuk daur ulang demokrasi 2019 lalu.
Acara ditutup dengan pembagian tanda mata berupa buku dari kedua pembicara. Tidak hanya buku, penanya yang beruntung juga mendapatkan souvenir dari program studi MIHI dan Program Pascasarjana yang memprakarsai terselenggaranya acara ini yang dihadiri kurang lebih 120 peserta dari berbagai kampus di Daerah Istimewa Yogyakarta.