Disaat kondisi wabah Covid-19 yang kian hari semakin mencekekam, kita sebagai umat Islam tentunya perlu mengetahui sikap Rasulullah SAW beserta sahabatnya dalam menghadapi suatu wabah. Oleh karena itu, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali mengadakan Pengajian Rutin untuk seluruh civitas akademika Program Pascasarjana yang dinarasumberi oleh ustad Dr. Syakir Jamaluddin, S.Ag,. M.A. Acara Pengajian Rutin Virtual ini dilaksanakan melalui Via Zoom Meeting (3/2).
“Kita harus mengetahui bagaimana nabi dan ulama serta tuntunan-nya dalam menghadapi suatu wabah, dengan segala ikhtiar yang kita lakukan, semoga hal ini menjadi bagian upaya kita dalam memperkuat imun, sekaligus memperkuat iman, dan dalam rangka menciptakan rasa aman untuk kita semuanya,” ujar Dr. M. Nurul Yamin., M.Si, Wakil Direktur Program Pascasarjana UMY saat memberikan sambutan.
Disamping itu, Syakir menjelaskan bahwa sikap Rasulullah SAW dalam menghadapi wabah yaitu beliau melarang orang yang berada di daerah terdapat wabah tidak boleh keluar dari daerah tersebut. Sebaliknya, orang yang berada di luar daerah yang terkena wabah juga tidak boleh memasuki daerah yang terkena wabah.
“Dari Siti Aisyah RA, ia berkata, ‘saya bertanya kepada Rasulullah SAW tentang wabah Tha‘un, lalu Rasulullah SAW menjawab bahwa, sesungguhnya Thaun itu adalah peringatan dari Allah, bagi siapa saja yang Dia kehendaki dan rahmat bagi orang-orang beriman. Tidak ada orang pada suatu wabah Thoun melanda, dan ia berdiam diri dirumah dengan sabar, dan beribadah kepada Allah, yang sekira ia tau dengan berdiam itu terhindar dari Thoun, maka ia akan dicatat pahala orang syahid ’†(HR.Bukhori dan Ahmad).
Syakir menegaskan bahwa maksud yang dijelaskan dalam hadist diatas adalah bentuk yang dihargai dalam islam itu adalah ikhtiar, memaksimalkan usaha, dan memilih yang terbaik. Dalam menentukan yang terbaik tentunya harus berdasarkan ahlinya, sehingga dalam kondisi wabah Covid-19 yang terus kian mengganas seperti saat ini pilihan terbaik kita adalah berikhtiar menjaga jiwa dengan pengamanan medis berlapis agar terhindar dari wabah tersebut. “Syahid itu diawali dengan perjuangan, maka jika kita telah berikhitiar menjaga diri namun ditakdirkan untuk terkena wabah, maka akan dinilai syahid di sisi Allah” ungkapnya.